Investor.id; 5 November 2024
JAKARTA,investor.id – Presiden Prabowo Subianto tak main-main dengan program hilirisasi. Dalam 8 misi pembangunan atau yang dikenal dengan nama Asta Cita, pemerintah menetapkan hilirisasi yang berlanjut ke industrialisasi sebagai salah satu program prioritas dan strategi untuk mencapai target pertumbuhan 8%. Hal tersebut dilakukan Presiden guna mencapai Visi Indonesia Emas 2045 sekaligus memacu Indonesia agar tidak terjebak dalam pendapatan menengah (middle income trap), dan masyarakat bisa memiliki penghasilan hingga US$ 30.000 per tahun.
Keseriusan pemerintah terhadap program hilirisasi juga dibuktikan dengan menambah nomenklatur Kementerian Investasi menjadi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Program hilirisasi pertama kali digencarkan oleh Presiden Joko Widodo. Meski yang menggaung di permukaan adalah hilirisasi di sektor mineral, dimana saat itu kebijakan hilirisasi merupakan kelanjutan dari kebijakan larangan ekspor hasil tambang dalam bentuk konsentrat (ore), sesungguhnya Jokowi menargetkan sebanyak 21 komoditas untuk dihilirisasi. Keberhasilan hilirisasi mineral terutama diraih dari komoditas nikel. Jika pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai tersebut melonjak menjadi Rp520 triliun pada 2023.
Presiden Prabowo bahkan memperluas hilirisasi industri terhadap 28 komoditas unggulan, tidak saja komoditas mineral seperti nikel, timah, tembaga, besi baja, emas perak, batu bara, aspal buton, dan minyak bumi, juga hasil bumi seperti kelapa, karet, getah pinus, udang, ikan TCT, rajungan, rumput laut, pasir silika, kobal, logam tanah jarang, kakao, pala, dan tilapia.
Seperti yang diinisiasi oleh Presiden Jokowi sebelumnya, hilirisasi diharapkan dapat mengubah struktur ekonomi Indonesia dari eksportir bahan mentah menjadi produsen produk bernilai tambah.
Langkah ini diharapkan mampu mengatasi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah, yang telah menjadi karakter ekonomi Indonesia selama lebih dari 400 tahun Presiden Prabowo menekankan bahwa Indonesia perlu bersiap dalam menghadapi tantangan global, termasuk ketahanan pangan dan energi.
Peran MIND ID
Sebagai BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT INALUM, dan PT Timah Tbk., tentu saja MIND ID memiliki peran yang sangat strategis dalam program hilirisasi industri pertambangan di Indonesia.
MIND ID memiliki komitmen untuk memperkuat hilirisasi dan industrialisasi mineral sebagai upaya mendukung kedaulatan mineral Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
“MIND ID mengadopsi visi dan misi pemerintah secara proaktif. Kami berkomitmen untuk menjadi enabler dalam industrialisasi dan penciptaan nilai tambah yang optimal di dalam negeri,” kata Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo di Jakarta, belum lama ini.
Dia mengungkapkan bahwa komitmen MIND ID dalam memperkuat hilirisasi industri selaras dengan visi Asta Cita yang digaungkan Presiden Prabowo, tepatnya poin ke-5, yakni memperkuat hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.
Bahkan, MIND ID bertekad masuk ke dalam jajaran Fortune 500 Global. Salah satu strateginya ialah dengan menjadi pemimpin di industri baterai kendaraan listrik. “Kita sudah buat rencana jangka menengah dan panjang sehingga dihadarapkan dalam 5-10 tahun lagi, kami bisa menjadi salah satu perusahaan berskala internasional,”tegasnya.
Untuk menjalankan seluruh proyeknya selama lima tahun ke depan, diantaranya adalah pengoperasian smelter, pengembangan industri hilir (downstream), pembangunan infrastruktur, serta mendukung pengurangan emisi karbon melalui peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), MIND ID dalam 5 tahun ke depan punya rencana kebutuhan energi hingga mencapai 5 Gigawatt.
Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan bahwa dalam bidang hilirisasi, Presiden Joko Widodo sudah memulainya melalui kebijakan larangan ekspor konsentrat, sehingga harus diolah smelter di dalam negeri, sebelum akhirnya bisa diekspor.
“Apa yang sudah dijalankan Presiden Jokowi saat itu sudah baik. Hilirisasi sudah terlaksana.Maka tugas Presiden berikutnya yakni Prabowo melanjutkan hilirisasi ini ke tahap industrialisasi,” kata Fahmy kepada Investor Daily, Selasa (05/11/2024).
Dengan membentuk industrialisasi, menurut Fahmy, selain akan menaikkan nilai tambah, juga membentuk ekosistem hulu hingga hilir, “Dengan industrialisasi maka akan melipatgandakan nilai tambah ,”ujarnya.
Jika selama ini kebijakan yang ada masih parsial, maka dia harapkan pada pemerintahan Prabowo, kebijakan akan lebih komprehensif.
Hal senada dikemukakan Direktur Eksekutif Komaidi Notonegoro. Menurut Komaidi, dalam konteks Asta Cita, yang dikedepankan oleh pemerintah yang paling dominan itu ada 2 yakni yakni ketahanan energi dan ketahanan ekonomi. ”Keduanya saling terkait, artinya untuk ekonomitahan butuh supporting energi. Setiap kenaikan 1% ekonomi, butuhn daya dukung energi 1,5 kali,,”katanya.
Secara struktur, menurut Komaidi , MIND ID sangat strategis karena membawahi perusahaan pemain utama di industri tambang nasional. Dengan hilirisasi saja, sudah memberikan kontribusi terhadap nilai tambah, investasi, penerapan tenaga tenaga kerja, dan yang tidak kalah penring menyediakan raw material untruk industri yang lain.
“Artinya jangan berhenti sampai disini saja. tapi harus dilanjutkan hingga tercipta industrialisasi, agar benefit yang kita terima lebih optimal,” jelas Komaidi.