Detik Finance, 22 April 2010 Jakarta
Rencana pemerintah untuk melarang konsumsi BBM bersubsidi bagi mobil di atas tahun 2000 dinilai tidak logis. Mobil-mobil yang diproduksi sebelum tahun 2000 justru lebih boros dalam mengkonsumsi BBM.
“Meskipun argumentasi logisnya untuk mengurangi konsumsi bbm bisa diterima, namun logikanya terbalik. Karena yang sebelum tahun 2000 justru relatif lebih boros,” ujar Direktur EksekutifA�ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, saat dihubungi detikFinance, Kamis (22/4/2010).
Pri Agung juga menilai, penggunaan batasan tahun yang dipakai pemerintah sebagai basis untuk membedakan mobil mewah dengan mobil tidak mewah sebenarnya tidak tepat.Menurut dia, lebih tepat jika pemerintah menggunakan kapasitas silinder(CC) sebagai dasar pengkategorian mobil.
Ia mencontohkan, mobil 2500 cc ke atas masuk dalam kategori mobil mewah sehingga tidak boleh membeli BBM bersubsidi. “Namun keduanya (tahun maupun cc) sama-sama sulit implementasinya,” kata dia.
Untuk lebih efektif, lanjut dia,sebenarnya akan lebih baik jika pemerintah secara tegas mengatur bahwa yang berhak menggunakan BBM subsidi hanya kendaraan umum dan sepeda motor. Tapi, sebelum melarang mobil pribadi menggunakan BBM subsidi, imbuh Pri Agung,
pemerintah harus menjamin ketersediaan pasokan bbm non-subsidi terlebih dahulu dan juga membenahi transportasi massal yang memadai.
“Ini jauh lebih efektif karena benar-benar memperbaiki hal-hal yang mendasar,” tandasnya.
Seperti diketahui, pemerintah kini sedang menggodok mekanisme distribusi BBM secara tertutup, agar subsidi BBM nantinya lebih tepat sasaran. Salah satu opsinya adalah dengan melarang mobil di atas tahun 2000 menggunakan BBM bersubsidi.