Saturday, November 23, 2024
HomeReforminer di Media2011Optimalkan Pengelolaan Sumur Tua

Optimalkan Pengelolaan Sumur Tua

Kompas, 21 April 2011

Jakarta, Kompas – Kontribusi pengelolaan sumur-sumur tua terhadap pencapaian produksi minyak nasional masih rendah. Hal tersebut disebabkan rendahnya potensi produksi dan tingginya biaya operasional sumur-sumur tua.

Demikian benang merah diskusi yang diprakarsai Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi (ReforMiner Institute) bertema Memacu Produksi Sumur Tua , Rabu (20/4) di Jakarta.

Sekretaris Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas Rudi Rubiandini mengaku pesimistis terhadap pencapaian target produksi minyak nasional tahun ini sebesar 970.000 barrel per hari sebagaimana ditetapkan pemerintah.

Hampir tidak mungkin mencapai target itu. Target yang realistis adalah 945.000 barrel per hari, ujarnya.

Hal ini disebabkan cadangan minyak nasional terus turun, intensifikasi produksi minyak butuh waktu lama, dan banyak kendala di lapangan seperti tumpang-tindih lahan serta perizinan kegiatan migas.

Sejauh ini, kontribusi sumur-sumur tua terhadap peningkatan produksi minyak di Tanah Air sangat kecil. Selain butuh biaya tinggi, optimalisasi produksi sumur-sumur tua itu terkendala keterbatasan teknologi migas. Industri peralatan migas di Indonesia belum berkembang sehingga bergantung impor.

PT Pertamina akan mengaktifkan kembali 150 sumur tua tahun ini dengan target produksi 10-50 barrel per hari atau total produksi 3.000 barrel. Kalau sumur tua itu dekat infrastruktur, produksinya jadi ekonomis, kata Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Subsidiary Management Pertamina Salis S Aprilian.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyatakan, mengacu pada aturan yang ada, pengelolaan sumur tua bukan dimaksudkan sebagai bagian dari upaya inti untuk pencapaian target produksi minyak mentah siap jual Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini juga bisa dilihat dari rata-rata potensi atau kapasitas produksi per sumur 5-10 barrel per hari.Jadi, pencapaian target minyak mentah siap jual tetap akan sangat bergantung pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi para kontraktor kontrak kerja sama utama. Apalagi, pengelolaan sumur tua bukan merupakan bagian dari bisnis inti eksplorasi dan eksploitasi para kontraktor minyak dan gas.

Untuk itu, ke depan pola pengusahaan sumur tua perlu mengedepankan kerja sama kontraktor migas dengan badan usaha milik daerah (BUMD) dengan beberapa penyempurnaan, misalnya, diperbolehkan kerja ulang atau pindah lapisan.

Tentu kompetensi dan standar teknis serta operasi BUMD atau koperasi perlu ditingkatkan, kata Pri Agung. (EVY)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments