KOMPAS: Senin 13 Maret 2017
JAKARTA, KOMPAS Peran Total Exploration & Production Indonesia dan Inpex Corporation tetap diperlukan dalam pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur oleh PT Pertamina (Persero) mulai 1 Januari 2018. Peran operator lama penting dalam hal tingkat produksi tak merosot drastis saat diambil alih operator baru.
Pemerintah telah memutuskan bahwa kontrak Blok Mahakam yang berakhir 31 Desember 2017, diserahkan secara penuh kepada Pertamina. “Transfer data dan informasi dari operator lama kepada operator baru diperlukan, juga agar tahu detail aspek teknis lainnya,” ujar pengajar pada Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, Minggu (12/3), di Jakarta.
Menurut Pri Agung, selama masa transisi pengelolaan blok migas, operator baru pasti membutuhkan banyak informasi dari operator lama untuk menjaga produksi minyak dan gas bumi tidak menurun drastis. Sebab, lanjut dia, produksi migas di sebuah lapangan menurun drastis, angka produksinya tak selalu bisa dikembalikan ke level semula.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, dalam siaran pers hasil kunjungan kerja ke Blok Mahakam akhir pekan lalu, mengatakan, pemerintah berkeinginan agar produksi migas Blok Mahakam tetap terjaga kendati ada alih kelola dari Total dan Inpex kepada Pertamina. Menurut dia, pemerintah akan menerbitkan aturan terkait upaya agar produksi migas tidak merosot.
“Memang banyak sumur di Blok Mahakam yang usianya sudah 40 tahun. Walaupun tua, kami ingin kapasitas produksinya tetap terjaga. Begitu pula selama masa transisi tidak boleh ada gangguan,” kata Jonan.
Tahun lalu, produksi gas Blok Mahakam sebanyak 1.747 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), serta minyak dan kondensat sebanyak 69.186 barrel per hari. Tahun ini, produksi diperkirakan menurun menjadi 1.400 MMSCFD untuk gas dan 50.000 barrel per hari untuk minyak dan kondensat. Salah satu faktor utama penurunan produksi adalah usia sumur yang menua.
Pembagian saham
Mengenai keterlibatan operator lama di Blok Mahakam setelah diambil alih Pertamina, menurut Jonan, Total dipersilakan membicarakan hal tersebut dengan Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Menurut dia, Pertamina bisa melepas sahamnya paling tinggi 39 persen untuk Total dan 10 persen untuk pemerintah daerah.
“Pertamina harus mayoritas. Apakah Total masih akan terlibat lagi atau tidak, silakan berbicara dengan Pertamina dan SKK Migas. Soal pekerja, saya kira tidak akan ada penggantian (saat diambil alih Pertamina),” ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina menawarkan saham kepada Total sebanyak 30 persen untuk tetap terlibat mengelola Blok Mahakam mulai 2018. Namun, Total belum memberi respons atas tawaran tersebut. Total mengaku masih menganalisis dan mengikuti perkembangan yang terus terjadi.
Selama masa transisi ini, Pertamina merencanakan pengeboran di Blok Mahakam sebanyak 19 sumur dengan dana 180 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,3 triliun. Ke-19 sumur tersebut diharapkan bisa berproduksi pada 2018 atau saat Pertamina mengambil alih secara penuh Blok Mahakam. Bila sumur-sumur itu sudah berproduksi, angka produksi migas Blok Mahakam diharapkan pulih seperti biasa.