Sunday, November 24, 2024
HomeReforminer di Media2009SUBSIDI DAN DANA CADANGAN DI APBN BISA TERKURAS

SUBSIDI DAN DANA CADANGAN DI APBN BISA TERKURAS

Suara Karya, 26 Oktober 2009

JAKARTA – Jika ancaman lonjakan harga minyak mentah (crude oil) dunia bertahan hingga tahun 2010, diperkirakan menguras subsidi untuk energi. Tahap awal gejolak harga minyak yang kini sudah menembus 80 dolar AS per barel akan menguras alokasi dana cadangan fiskal yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Menurut pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto, untuk 2010, alokasi anggaran hanya bisa bertahan hingga harga 65 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.

Tahun ini subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) mencapai Rp 68 triliun dan untuk listrik Rp 37,8 triliun dengan asumsi harga minyak 65 dolar AS per barel. “Kalau harga minyak sampai 72 dolar AS per barel, misalnya untuk rata-rata tahun depan, alokasi untuk subsidi itu akan habis. Alokasi dana cadangan fiskal sebesar Rp 8,6 triliun tentunya terancam habis pula,” kata Direktur ReforMiner Institute ini di Jakarta, Minggu (25/10).

Meski demikian, Pri Agung mengatakan, untuk APBN 2009, diperkirakan masih bisa bertahan jika rata-rata harga minyak mulai Oktober hingga Desember 2009 mencapai 80 dolar AS per barel. Ini berarti patokan asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia crude price/ICP) sekitar 75 dolar AS per barel. Artinya, secara fundamental, semestinya keseimbangan harga minyak hanya berada pada kisaran di bawah 75 dolar AS per barel. Ini mengingat APBN 2009 yang mematok harga minyak Indonesia 61 dolar AS per barel sudah dalam kondisi aman.

Namun, jika mengacu pada asumsi APBN 2010 sebesar 65 dolar AS per barel, diharapkan tidak akan ada pembengkakan yang lebih besar. “Bisa saja harga naik sampai di atas 100 dolar AS per barel. Namun, secara rata-rata, asumsi APBN 2009 masih sama. Oleh karena itu, pemerintah mesti memantau perkembangan harga minyak dunia,” ujarnya. Selain itu, Pri Agung juga mengatakan, penyebab kenaikan harga minyak dunia hingga 80 dolar AS per barel akhir-akhir ini akibat ulah spekulan. Semua dipicu adanya informasi terkait proyeksi permintaan minyak dunia yang akan naik sekitar 500.000 barel per hari dan turunnya nilai tukar dolar AS.

“Akibat aksi spekulasi, maka harga minyak akan naik atau turun secara cepat, tergantung pada beberapa informasi yang mewarnai pasar dan ditanggapi para pelaku,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu Anggito Abimanyu menyatakan, dampak kenaikan harga minyak dunia di atas 80 dolar AS per barel bersifat netral di sisi kebijakan fiskal, sehingga tidak menimbulkan masalah serius.

“Dampaknya netral karena tambahan subsidi dikompensasi dengan tambahan pendapatan,” kata Anggito.

Menurut dia, masalah akan muncul justru karena adanya perbedaan harga BBM internasional dengan harga di dalam negeri. “Jadi, kalau dari sisi fiskal, secara umum tak ada masalah,” ucapnya.

Anggito mengatakan, alokasi dana cadangan risiko fiskal dalam APBN 2010 sebesar Rp 8,6 triliun sementara ini masih akan mampu menampung perubahan yang terjadi. Apalagi diyakini bakal mampu menghadapi gejolak harga karena sebelumnya pemerintah pernah menghadapi situasi seperti itu. “Kita pernah mengalami harga minyak hingga di atas 100 dolar AS per barel dan kita mampu menghadapinya,” kata Anggito.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments