ANTARA, 16 Agustus 2011
Jakarta (ANTARA) – Pengamat perminyakan, Pri Agung Rakhmanto menilai, target produksi minyak mentah dan kondensat sebesar 950.000 barel per hari pada tahun 2012 tidak realistis.
“Target `lifting` itu sangat berat dan cenderung tidak realistis,” katanya menanggapi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2012 di depan Sidang Paripurna DPR di Jakarta, Selasa.
Direktur ReforMiner Institute itu mengatakan, rata-rata produksi minyak periode Januari-Juli 2011 baru mencapai 904.000 barel per hari.
Serta, Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) juga hanya menyanggupi 920.000 barel per hari sampai akhir 2011.
“Prediksi saya sampai akhir 2011 hanya 920-930 ribu barel per hari, sehingga target realistis 2012 adalah 930 ribu barel per hari,” ujarnya.
Sementara, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dito Ganinduto mengatakan, pencapaian produksi minyak mesti menjadi prioritas.
“Jangan melihat realisasi pendapatan migas, namun lebih ke `lifting`-nya,” katanya.
Menurut dia, pendapatan migas bisa berubah mengikuti harga minyak.
Untuk asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP), Pri Agung mengatakan, usulan 90 dolar AS per barel cukup realistis.
“Dengan kondisi dan informasi yang ada saat ini, masih cukup realistis dan rasional,” ujarnya.
Sebaliknya, menurut dia, subsidi listrik yang diusulkan pemerintah sebesar Rp45 triliun tidak realistis, mengingat ketiadaan gas buat pembangkit.
“Penghematan hanya akan terjadi jika gas PLN terpenuhi. Padahal itu belum pasti,” ujarnya.
Ia menduga, angka subsidi listrik yang rendah tersebut mengindikasikan pemerintah akan menaikkan tarif dasar listrik pada 2012.
Sedangkan, lanjut Pri, subsidi bahan bakar minyak yang diusulkan Rp123,6 triliun, mencerminkan pemerintah belum siap dengan langkah konkret menurunkan subsidi baik dalam bentuk pembatasan distribusi ataupun kenaikan harga.
Dalam RAPBN 2012, pemerintah mengusulkan “lifting” 950.000 barel per hari, ICP 90 dolar AS per barel, subsidi BBM Rp123,6 triliun dan subsidi listrik Rp45 triliun.