Kompas, 5 Februari 2010
Target produksi minyak mentah siap jual atau lifting tahun 2014 sebanyak 1,01 juta barrel per hari. Ini lebih tinggi daripada realisasi lifting 2009 yang hanya 960.000 barrel per hari. Penetapan target itu tanpa memasukkan sumber minyak baru. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengungkapkan hal itu di Jakarta, Kamis (4/2), dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR.
Menanggapi target lifting tersebut, pada kesempatan terpisah, pengamat pertambangan Kurtubi menyatakan, hal itu mencerminkan kegagalan manajemen perminyakan nasional dan pesimisme yang merugikan negara. Peluang berproduksi di atas 1,4 juta barrel per hari sebenarnya masih terbuka lebar.
Menurut Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas Umiyatun Hayati Triastuti, target lifting 2014 ditetapkan berdasarkan data yang dihimpun dari setiap kontraktor. Ini memang belum memperhitungkan eksplorasi atau eksploitasi baru. Sebab, eksplorasi baru butuh waktu cukup lama, ujarnya.
Untuk meningkatkan produksi minyak, kata Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan, Pertamina akan menambah cadangan baru minyak dan gas bumi selain mengoptimalkan pemanfaatan blok migas yang dikelola sendiri oleh Pertamina maupun bersama mitra usaha. Kurtubi menegaskan, jika manajemen perminyakan nasional dibenahi dengan mengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, target 1,4 juta barrel per hari bisa tercapai sekarang. Dia menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir, industri perminyakan nasional terpuruk karena salah kelola.
UU Migas menyebabkan investasi eksplorasi anjlok karena prosedur berbelit-belit akibat kehadiran BP Migas dan ada Pasal 31 yang mewajibkan kontraktor membayar pajak meski belum berproduksi, katanya. Tahun 2005, lanjut Kurtubi, produksi minyak 1,5 juta barrel per hari. Saat ini produksinya hanya 960.000 barrel per hari sehingga Indonesia harus keluar dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Direktur Eksekutif Institute Reforminer (Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi) Priagung Rahmanto berpendapat, target 1,01 juta barrel per hari pada 2014 adalah target konservatif. Ini mencerminkan, andalan utama pemerintah adalah produksi Blok Cepu yang jika sesuai dengan jadwal mencapai puncak produksi pada 2014 sebesar 165.000 barrel per hari.
Sepertinya tidak ada upaya terobosan mempercepat produksi atau untuk menemukan cadangan baru. Jika Blok Cepu diserahkan ke Pertamina, saya kira target 1,01 juta barrel bisa dicapai sebelum 2014. Pertamina bisa mempercepat puncak produksi Blok Cepu pada 2012, ujarnya.
Karen meminta DPR dan para pemangku kepentingan mendukung usulan Pertamina menjadi operator di Blok Cepu. Selain itu juga memfasilitasi perundingan normalisasi perjanjian kerja sama operasi Pertamina dengan Mobil Cepu Limited, anak usaha ExxonMobil Indonesia, agar Pertamina tidak menjadi tamu di rumah sendiri. (OIN/EVY)