DetikFinance, 6 September 2011
Jakarta – Keinginan Presiden SBY untuk mencapai memproduksi minyak (lifting) 1 juta barel per hari dinilai masih mustahil dilaksanakan. Saat ini Indonesia masih belum memiliki proyek peningkatan minyak yang skala besar.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto kepada detikFinance, Selasa (6/9/2011).
“Kemungkinan tidak akan bisa, karena satu-satunya andalan untuk meningkatkan produksi secara signifikan saat ini hanyalah dari Blok Cepu yang paling cepat baru bisa berproduksi dengan kapasitas penuh pada pertengahan atau akhir 2013,” tanggap Pri Agung.
Sejauh ini pula, katanya, Indonesia juga tidak ada pelaksanaan proyek EOR (Enhance Oil Recovery/peningkatan produksi minyak) dalam skala yang sangat besar. “Maka itu tidak ada yang bisa diharapkan untuk meningkatkan produksi,” lanjutnya.
Dirinya menilai, satu-satunya yang bisa dilakukan dan diharapkan adalah melalui optimalisasi lapangan-lapangan tua yang cadangannya terus menurun.
“Itu pun, pada saat blok Cepu nanti sudah berproduki penuh (dengan kapasitas 165.000 barel minyak per hari) belum tentu cukup untuk menutup penurunan alamiah dari lapangan tua yang ada,” tambahnya.
Oleh karena itu, dirinya menyimpulkan produksi minyak 1 juta barel sehari belum tentu dapat tercapai. “Iklim investasi untuk eksplorasi migas juga sangat tidak kondusif sehingga kegiatan eksplorasi migas sangat minim dilakukan dalam 10 tahun terakhir. Itu penyebab utamanya sebetulnya,” kata Pri Agung.
Di tempat yang berbeda, anggota Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha mengatakan cara satu-satunya yang paling realistis dilakukan adalah dengan cepat mengoptimalkan lapangan dan sumur migas yang sudah tua di Indonesia.
“BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas) juga harus mampu mencegah adanya unplanned shutdown dengan melakukan pengawasan di lapangan secara ketat bersama dengan pihak Kontraktor Migas yang mengoperatori tiap-tiap lapangan migas,” ujarnya.
Satya menilai, unplanned shutdown (berhentinya pengoperasian produksi migas yang tidak terencana) tidak semata-mata diakibatkan karena adanya keadaan alam. Tapi juga diakibatkan adanya kerusakan fasilitas produksi seperti misalnya kebocoran pipa. “Hal-hal seperti itu yang perlu diawasi,” tukasnya.
Seperti diketahui, Presiden SBY ingin meningkatkan produksi minyak Indonesia menjadi 1 juta barel per hari (bph) maksimal pada 2013. Kementerian ESDM harus melaporkan langkah yang harus dilakukan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai menghadiri sidang kabinet hari ini. “Menghadapi ketidakpastian harga minyak yang meningkat atau stabil tinggi, presiden meminta tingkatkan lifting minimum 1 juta dalam waktu singkat maksimal 2013,” tutur Hatta.