Friday, November 22, 2024
HomeReforminer di MediaArtikel Tahun 2023Prospek Harga Minyak dan Tren Investasi Energi

Prospek Harga Minyak dan Tren Investasi Energi

Katadata.co.id; 18 Februari 2023
Penulis: Pri Agung Rakhmanto, Dosen di FTKE Universitas Trisakti, Pendiri ReforMiner Institute

Dinamika keseimbangan pasokan-permintaan (supply-demand) pasar dan pergerakan harga minyak dunia sepanjang tahun 2022 dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama yaitu: (1) konflik geopolitik di wilayah Eropa Timur, khususnya perang Rusia-Ukraina, (2) kekhawatiran pasar terhadap adanya perlambatan ekonomi dan resesi global pada tahun 2023, dan (3) kebijakan dan respon sejumlah negara, Tiongkok khususnya, dalam menangani lanjutan pandemi Covid 19. Sepanjang kuartal III dan kuartal IV 2022, harga minyak global tercatat berada pada tren menurun. Pada periode Juli sampai Agustus 2022 rata-rata harga minyak tercatat berada pada level 90 – 100 dolar AS per barel, sementara pada periode November sampai Desember 2022, rrata-rata level harga minyak tercatat berada pada kisaran 70 – 80 dolar AS per barel. Level harga tersebut terpantau masih bertahan sampai dengan Januari 2023 ini.

Dinamika dan Prospek Harga Minyak
Merujuk pada berbagai data, diantaranya dari laporan OPEC (2023) dan IEA (2022), secara umum dapat dikatakan bahwa dinamika keseimbangan pasokan-permintaan minyak dunia diproyeksi akan berada pada kondisi yang relatif stabil.

Di sisi supply, pasokan minyak global pada 2023 diproyeksi berada pada kisaran 101,10 juta barel per hari atau tumbuh sekitar 1,1 juta barel per hari dari tahun 2022. Pasokan minyak non-OPEC pada tahun 2023 diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 juta barel per hari menjadi rata-rata 67,2 juta barel per hari. Sejumlah negara yang diproyeksi menjadi pendorong utama pertumbuhan pasokan non-OPEC diantaranya yaitu AS, Norwegia, Brazil, Kanada, Kazakhstan dan Guyana. Di sisi lain, penurunan pasokan non-OPEC diperkirakan akan berasal dari Rusia dan Meksiko. Produksi minyak Rusia diproyeksi turun menjadi 9,5 juta barel per hari pada tahun 2023, dari 10,9 juta barel per hari pada tahun 2022. Produksi minyak mentah OPEC diproyeksi sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,16 juta barel per hari pada 2023 menjadi rata – rata sekitar 29 juta barel per hari.

Sementara itu, di sisi demand, permintaan minyak global diproyeksi tetap akan meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari pada tahun 2023 menjadi sekitar 101,7 juta barel per hari. Optimisme pasar terhadap adanya peningkatan permintaan minyak global pada 2023 terutama dipengaruhi adanya tren peningkatan permintaan minyak pada kuartal IV 2022 yang khususnya berasal dari kelompok negara non-OECD, dalam hal ini terutama Tiongkok dan India. Peningkatan permintaan minyak pada kuartal IV 2022 dalam hal ini lebih banyak dipengaruhi karena berlanjutnya peningkatan aktivitas dan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid 19. Tiongkok, dalam hal ini, sebagai negara yang relatif masih bergelut dengan peningkatan kasus Covid 19 pun, dalam perkembangannya saat ini tidak lagi menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas.
Dari dinamika pasar dan angka-angka di atas, terdapat setidaknya ada tiga faktor utama yang akan berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan pergerakan dan level harga minyak di tahun 2023 ini.

Pertama adalah kondisi supply-demand yang secara fundamental berada kondisi relatif berimbang dan stabil.

Kedua, di sisi supply, meski perang Rusia-Ukraina masih berlangsung, pasar tampak relatif lebih punya confidence bahwa disrupsi pasokan minyak secara drastis tidak akan atau kecil kemungkinannya untuk terjadi. Peningkatan pasokan bahkan tetap diproyeksikan akan berlangsung, meskipun secara terbatas. Ketiga, di sisi demand, meskipun sentimen resesi ekonomi dan perlambatan ekonomi global terbukti telah mengoreksi harga minyak hingga berada di bawah 90 dolar AS per barel di kuartal akhir 2022, tetap tidak membuat permintaan minyak dunia menjadi berkurang. Permintaan minyak dunia di tahun 2023 diproyeksi akan tetap tumbuh meskipun dalam laju yang relatif terbatas. Berpijak pada ketiga hal ini, dan sepanjang tidak terjadi kejadian luar biasa yang secara fundamental mengganggu keseimbangan supply-demand yang ada, harga minyak di sepanjang tahun 2023 cukup berprospek untuk bergerak secara lebih stabil di kisaran 80 – 90 dolar AS per barel. Level ini berarti sedikit meningkat dibandingkan rentang pergerakan harga 70 – 80 dolar AS per barel yang terjadi di kuartal terakhir tahun 2022 lalu, namun masih di bawah level rata-rata harga minyak di tahun 2022 secara keseluruhan yang mendekati 100 dolar AS per barel.

Investasi Energi

Dalam hal investasi energi secara global, data dan laporan World Energy Investment – International Energy Agency (2022) mencatat bahwa pada tahun 2022 estimasi investasi energi secara keseluruhan meningkat sekitar 8% dari 2.177 miliar dolar AS menjadi 2.392 miliar dolar AS. Peningkatan investasi di sektor energi global terjadi di seluruh sub-sektor energi baik hulu maupun hilir. Investasi hulu migas global meningkat sekitar 8% dari 384 miliar dolar AS menjadi 417 miliar dolar AS. Sebagian besar investasi terdistribusi untuk lapangan – lapangan eksisting khususnya shale dan offshore. Investasi hilir migas juga meningkat sekitar 5,3%, dengan distribusi di sektor refinery tercatat meningkat sekitar 7,8% sementara sektor LNG meningkat sekitar 4,2%. Peningkatan investasi migas terutama digerakkan oleh perusahaan migas skala multinasional. Perusahaan minyak negara di kawasan Timur Tengah masih mendominasi peningkatan investasi migas “konvensional”, sedangkan perusahaan migas internasional dari kawasan Eropa lebih banyak mengalokasikan peningkatan investasi migasnya pada teknologi rendah karbon. Investasi pada batubara mencapai 115 miliar dolar AS, atau meningkat sekitar 10,48% , dengan terutama terkonsentrasi di wilayah Tiongkok dan India.

Masih dalam laporan yang sama, investasi di sektor energi bersih di tahun 2022 mencapai 1.400 miliar dolar AS lebih, atau tercatat rata-rata mengalami peningkatan 10 % lebih. Yang tercakup di dalam kategori investasi energi bersih ini, beserta angka peningkatannya, adalah investasi pada pembangkit listrik EBT (6%), penggunaan nuklir untuk energi (11%), upaya efisiensi energi (9%), grid storage (6%), bahan bakar rendah karbon dan CCUS (19%), dan kendaraan listrik atau Electric Vehicles (69%). Peningkatan investasi energi bersih tersebut utamanya masih terkonsentrasi di negara-negara OECD (54,8%) dan kemudian diikuti Tiongkok (29,6%) terutama dengan perkembangan pesat pada pengembangan kendaraan listriknya.

Keamanan Pasokan dan Transisi Energi
Dinamika dan pergerakan harga minyak di satu sisi dan di sisi lain peningkatan angka-angka investasi energi global secara keseluruhan di atas pada dasarnya saling terkait dan mencerminkan beberapa hal penting. Pertama, bahwa suka atau tidak suka, kebutuhan dunia akan energi fosil, sebagai andalan di dalam memenuhi kebutuhan pasokan, khususnya di saat mendesak, terbukti masih signifikan. Lonjakan harga energi fosil – batubara, minyak, gas – dan perang Rusia-Ukraina yang teriadi di tahun 2022 kembali menegaskan bahwa keamanan dan jaminan pasokan energi – dan terbukti dengan masih tetap mengandalkan energi fosil – adalah aspek (ter)penting bagi semua negara. Kedua, bahwa dalam hal nominal maupun persentase pertumbuhan, besaran investasi global pada energi bersih secara keseluruhan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal itu menandakan bahwa proses transisi energi di tataran global memang terus bergulir. Transisi energi, dalam pengertian luas baik melalui upaya pencapaian emisi nol bersih (Zero Net Emission, NZE), maupun dalam pengertian secara lebih khusus pada pendayagunaan lebih terhadap sumber energi non-fosil saat ini telah menjadi tema pengelolaan energi global. Ketiga, keamanan dan jaminan pasokan energi dan transisi energi, adalah dua faktor utama yang berperan dalam mempengaruhi tren investasi energi global saat ini dan ke depan. Keempat, bahwa dinamika dan pegerakan harga minyak, dengan proyeksi tahun 2023 di kisaran 80 – 90 dolar AS per barel, dengan demikian, secara tidak langsung adalah “kompromi” atau keseimbangan di antara keduanya. Dengan keberagaman sumber energi yang dimilikinya, mudah-mudahan Indonesia dapat menangkap peluang yang ada.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments