(kompas.com;Â Rabu, 27 Juli 2016)
JAKARTA – Pengamat energi dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto berharap, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru, Archandra Tahar, bisa memberikan terobosan di sektor energi baru dan terbarukan.
Sebab, dibandingkan subsektor yang lain, perkembangan energibaru dan terbarukan terbilang cukup lamban. Menurut Pri, pengembangan energi baru dan terbarukan tidak bisa menggunakan cara-cara lama, baik dalam proses penyusunan, bentuk regulasi, maupun politik anggarannya.
“Butuh terobosan seperti ketika Pak JK (Jusuf Kalla) meluncurkan program LPG 3 Kg. Ini polanya harus begitu,†kata Pri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/7/2016).
Pri mengatakan, skema Dana Ketahanan Energi (DKE) yang telah disusun menteri sebelumnya, Sudirman Said, sebisa mungkin segera dijalankan.
Sebab, DKE ini sangat penting untuk mendukung perkembangan energi baru terbarukan.
Payung hukum DKE berupa Peraturan Pemerintah harus segera diselesaikan.
Pri juga menilai, keseriusan Chandra dalam mendorong energi baru dan terbarukan ini akan diuji dalam meloloskan Peraturan Pemerintah (PP) DKE, dan besaran anggaran yang akan dikeluarkan tiap tahunnya dalam APBN.
“Karena kalau pengembangan energi baru dan terbarukan hanya mengandalkan anggaran yang diturunkan kementerian melalui direktoratnya, akan susah. Makanya, bagaimana kemampuan menteri baru ini menge-goal-kan anggaran untuk mendorong itu tadi, menjadi tolok ukur,†ucap Pri.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini pemanfaatan energi baru hanya mencapai 8,66 gigawatt (GW) atau satu persen dari potensinya yang mencapai 801,2 GW.
Adapun sumber energi terbarukan, antara lain, panas bumi, hidro,bioenergy, surya, angin, dan laut.
Sementara itu, sumber energi baru, antara lain, batubara tercairkan, gas metana batubara (CBM), batubara tergaskan, nuklir, dan hidrogen.
Pemanfaatan energi baru ini pun juga belum optimal. Utamanya, yang kontroversial adalah nuklir.
Kompas.com;Â Rabu, 27 Juli 2016