(Kompas, 28 Desember 2016)
Jakarta, Pembahasan pengembangan Blok Masela, Maluku, yang kaya gas bumi, hingga kini belum tuntas. Belum ada kesepakatan mengenai rencana penambahan kapasitas produksi, perpanjangan operasi, dan lokasi kilang pengolahan gas di darat.
Pengajar Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, keputusan pengembangan Blok Masela yang panjang dan berlarut-larut bisa berdampak kurang baik bagi iklim investasi di Indonesia. Akan tetapi, menurut dia, investor juga perlu menyadari, realitas sosial, ekonomi dan politik menyangkut Blok Masela cukup sensitif.
Namun, saya percaya dengan keputusan yang diambil terkait pengembangan gas Blok Masela benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala aspek, kata Pri Agung, di Jakarta, Selasa (27/12).
Kontraktor Blok Masela, Inpex Corporation dan Shell, mengajukan tiga permintaan kepada pemerintah terkait dengan pengembangan gas Blok Masela. Ketiga hal itu adalah penambahan masa operasi 10 tahun, penambahan kapasitas kilang gas alam cair (LNG) dari 7,5 metrik ton per tahun menjadi 9,5 metrik ton per tahun, dan pembayaran cost recovery atau biaya operasi yang bisa diganti senilai 1,2 miliar dollar AS yang sudah dibelanjakan kontraktor.
Dari ketiga hal tersebut, pemerintah memberi sinyal mengenai perpanjangan operasi selama tujuh tahun. Kedua hal lainnya masih dalam pembahasan lebih lanjut.
Pembahasan lebih jauh terus kami lakukan dengan pemerintah. Kami berharap proyek pengembangan gas di Blok Masela dapat segera terlaksana, kata senior Communication Manager Inpex Corporation Usman Slamet saat ditanya tentang keputusan pemerintah yang bersedia menambahkan operasi selama tujuh tahun di Blok Masela.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, pekan lalu, menyebutkan, proyek pengembangan gas Blok Masela hampir mendekati kesepakatan.
Menurut dia, ada tiga proyek terkait pengembangan gas Blok Masela, yaitu proyek kilang LNG, petrokimia, dan pabrik pupuk.
Soal permintaan perpanjangan operasi, mereka (Inpex dan Shell) meminta 10 tahun, tetapi kami melihat angka yang realistis tujuh tahun, ujarnya. Cadangan di Blok Masela diperkirakan 10,7 triliun kaki kubik.