Monday, May 12, 2025
HomeReforminer di Media2015Harga Semakin Rendah (Manfaatkan Momentum untuk Mempercepat Proyek Migas)

Harga Semakin Rendah (Manfaatkan Momentum untuk Mempercepat Proyek Migas)

Kompas:19 Desember 2015

JAKARTA, KOMPAS Pemerintah sebaiknya memanfaatkan momentum harga minyak yang semakin rendah akhir-akhir ini, yakni kurang dari 40 dollar AS per barrel. Caranya dengan memberikan kemudahan perizinan dan percepatan keputusan proyek minyak dan gas bumi di Indonesia.

Pemerintah memberikan sinyal harga bahan bakar minyak akan turun tahun depan. Langkah ini merupakan respons terhadap harga minyak dunia yang terus merosot.

Hingga Jumat (18/12) sore, berdasarkan data dari laman Bloomberg, harga minyak mentah jenis WTI (West Texas Intermediate) sebesar 34,91 dollar AS per barrel. Adapun harga minyak mentah jenis Brent 37,05 dollar AS per barrel. Harga minyak di laman Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) lebih rendah lagi, yakni 32,33 dollar AS per barrel. Harga itu paling rendah dalam sembilan tahun terakhir.

Pengamat energi dari Universitas Trisakti Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, harga minyak dunia yang rendah harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah. Momentum itu antara lain dimanfaatkan untuk mempercepat eksekusi proyek migas di sektor hulu.

“Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti harga minyak ke depan, pemerintah semestinya mengantisipasi atau mengambil kebijakan yang selaras dengan harga minyak sekarang,” kata Pri Agung.

Pri Agung melanjutkan, selain memberikan insentif di sektor hulu, pemerintah sebaiknya juga memberikan insentif di sektor hilir dengan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), yakni premium dan solar. Bagi masyarakat, penurunan harga menjadi semacam insentif di tengah kondisi perekonomian yang lesu akhir-akhir ini.

Berpotensi turun

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pemerintah memantau harga minyak mentah dunia yang rendah. Pemerintah juga mengkaji harga BBM per tiga bulan.

Dengan harga minyak mentah yang rendah seperti saat ini, lanjut Sudirman, ada potensi harga BBM di Indonesia turun. Namun, kondisi harga minyak mentah yang rendah juga merupakan kesempatan untuk menghimpun dana ketahanan energi. Dana itu bisa dipakai sebagai subsidi pada saat harga minyak tinggi atau untuk pengembangan energi baru terbarukan.

“Rendahnya harga minyak dunia, secara kalkulasi, membuat harga BBM di dalam negeri berpotensi turun,” ujarnya.

Sejak 29 Maret 2015 hingga saat ini, harga BBM jenis premium Rp 7.300 per liter di luar Jawa dan Bali, sedangkan harga di Jawa dan Bali Rp 7.400 per liter. Harga minyak yang rendah membuat harga BBM jenis pertamax turun, dari Rp 8.750 per liter menjadi Rp 8.650 per liter sejak 10 Desember lalu.

Pemerintah sudah memutuskan untuk mengkaji harga premium dan solar per tiga bulan sekali. Kajian mendatang akan dilakukan pada 1 Januari 2016. Dua komponen utama yang digunakan sebagai acuan pemerintah dalam menentukan harga jual BBM adalah harga minyak dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Dalam Rapat Umum Tahunan Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA), awal bulan ini, Presiden IPA Craig Stewart mengatakan, harga minyak dunia yang rendah berdampak pada bisnis perusahaan migas.

“Harga minyak terus turun hingga lebih dari 50 persen dalam setahun terakhir. Akibatnya, pendapatan perusahaan merosot dan menempuh langkah efisiensi, termasuk sejumlah rencana investasi hulu migas menjadi tertunda,” kata Craig.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments