(www.kompas.com Rabu 6 Januari 2016)
JAKARTA, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi merekomendasikan perusahaan kontraktor kerja sama agar terus melanjutkan kegiatan eksplorasi pada tahun 2016. Eksplorasi tetap perlu untuk mengantisipasi lonjakan tinggi harga minyak.
Demikian mengemuka dalam konferensi pers bertajuk Pencapaian Tahun 2015 dan Target Tahun 2016, Selasa (5/1), di Jakarta. Acara itu dipimpin Kepala Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi, Wakil Kepala SKK Migas M Zikrullah, dan jajaran deputi SKK Migas.
Menurut Amien, kendati harga minyak saat ini sedang rendah, yaitu kurang dari 40 dollar AS per barrel, kegiatan eksplorasi tak boleh dikurangi. Justru kegiatan tersebut akan menjadi investasi yang menguntungkan untuk mengantisipasi harga minyak melonjak tinggi sewaktu-waktu.
Apabila eksplorasi terus dijalankan dan menemukan cadangan baru, perusahaan akan dimudahkan apabila harga minyak melonjak tinggi. Sebab, mereka tinggal melakukan pengurasan saja karena cadangan sudah ditemukan, kata Amien.
Amien mensyaratkan, pemerintah juga perlu memberikan dukungan berupa kemudahan perizinan atau pemberian insentif kepada kontraktor kontrak kerja sama. Mengenai investasi untuk eksplorasi, lanjut Amien, turut menurun seiring harga minyak turun. Ongkos- ongkos penyewaan alat untuk kegiatan eksplorasi juga lebih murah.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, seiring melemahnya harga minyak, penyewaan alat-alat pengeboran migas juga turun. Ia mencontohkan harga sewa rig pengeboran turun dari yang biasanya mencapai 150.000 dollar AS per hari saat harga minyak sekitar 100 dollar AS per barrel, bisa turun sampai setengahnya dengan harga minyak sekarang.
Pemilik alat tetap ingin agar alat mereka laku. Harga sewanya pun diturunkan. Saya rasa tak salah apabila eksplorasi terus dilakukan kendati harga minyak tahun ini diperkirakan masih melemah, ujar Elan.
Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, rendahnya harga minyak sebaiknya dijadikan momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi di sektor itu. Salah satunya adalah mempercepat eksekusi proyek-proyek migas.
Pemerintah dapat memberikan insentif di sektor hulu migas. Meski tidak ada yang dapat memprediksi harga minyak, pemerintah sebaiknya mengantisipasinya dengan penerapan kebijakan yang selaras dengan harga minyak sekarang, kata Pri Agung.
Tahun ini, SKK Migas memproyeksikan pengeboran 151 sumur eksplorasi. Untuk program kerja ulang (work over) sebanyak 1.196 kegiatan, sedangkan untuk program perawatan sumur (well service) sekitar 35.701 kegiatan.
Untuk capaian kegiatan survei dan pengeboran pada 2015, SKK Migas mencatat, dari 157 rencana sumur pengeboran eksplorasi yang terealisasi 55 sumur. Realisasi sumur pengembangan 541 sumur dari 627 sumur yang ditargetkan.
Mengenai kegiatan kerja ulang sumur produksi, tercatat 1.320 kegiatan pada 2015 atau sedikit lebih rendah daripada rencana 1.354 kegiatan. Sementara rencana program perawatan sumur terealisasi 31.578 kegiatan dari rencana 34.060 kegiatan.
Elan menjelaskan, kerja ulang sumur adalah pekerjaan pengurasan minyak dengan berpindah ke zona produktif baru dari sebuah sumur yang sudah dibor. Adapun program perawatan sumur adalah kegiatan yang perlu untuk mempertahankan produksi minyak di dalam sumur.
Untuk sumur perawatan, misalnya, dilakukan perbaikan untuk mengurangi sumbatan yang mengganggu proses pengurasan. Bisa saja masalah sumbatan disebabkan ada unsur pasir dan lain sebagainya, kata Elan.
Menurut Elan, kegiatan kerja ulang dan perawatan sumur juga terbilang efektif untuk mempertahankan produksi migas di tengah iklim investasi migas yang sedang lesu. Dua jenis kegiatan itu diperkirakan akan tetap mendominasi kegiatan produksi migas di Indonesia pada tahun ini.
Lifting tak tercapai
Tahun 2015, target produksi siap jual (lifting) minyak tidak tercapai. Target lifting minyak dalam APBN Perubahan 2015 adalah 825.000 barrel per hari, sedangkan capaian lifting minyak 2015 sebesar 777.560 barrel per hari. Harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) ditetapkan 60 dollar AS per barrel, sedangkan realisasinya 51,21 dollar AS per barrel.
Akibat merosotnya harga minyak dunia, pendapatan negara di sektor migas juga turun. Dalam APBN Perubahan 2015, penerimaan negara dari sektor tersebut ditargetkan 14,99 miliar dollar AS. Namun, realisasi penerimaan negara sebesar 12,86 miliar dollar AS atau 85,8 persen dari target.
Dalam APBN 2016, lifting minyak ditetapkan sebanyak 830.000 barrel per hari, sedangkan lifting gas ditetapkan 6.469 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Penerimaan negara di sektor migas pada 2016 diperkirakan sekitar 11,65 miliar dollar AS.
ÂÂ