Pri Agung Rakhmanto A�;A�A�A�A�A�A�A�A�
Dosen FTKE Universitas Trisakti,A� Pendiri ReforMiner Institute
Bisnis Indonesia:A�Senin, 01 Agustus 2016
Sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) adalah sektor yang strategis, tidak hanya dari aspek ekonomi tetapi juga politik. Meskipun secara formal Kementerian ESDM sering disebut sebagai kementerian teknis, namun di dalam kenyataannya persoalan yang ditanganinya lebih sering bukan murni teknis, tetapi teknis yang memiliki dimensi ekonomi-politik yang kuat.
Seorang Menteri ESDM, idealnya tidak hanya memiliki kompetensi teknis yang memadai di bidang ESDM, namun juga memahami konteks dan aspek ekonomipolitik yang melingkupinya. Maka, menjadi menarik untuk menunggu kiprah Dr. Arcandra Tahar, yang baru saja dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri ESDM baru, menggantikan Sudirman Said.
Sisa periode jabatan yang ada, jika selesai hingga 2019, memang masih tiga tahun lebih. Namun, jangka waktu itu sesungguhnya bukan waktu yang cukup longgar untuk menyelesaikan permasalahan dan persoalan yang ada di sektor ESDM.
Secara makro, permasalahan utama sektor ESDM yang masih harus segera diatasi tentu kita sudah sama-sama mengetahuinya. Beberapa di antaranya, di bidang kelistrikan, tentu adalah bagaimana secara riil dapat merealisasikan program 35.000 MW.
Memastikan proyekproyek kelistrikan baik pembangkit, transmisi maupun distribusinya benarbenar berjalan hingga beroperasi sesuai jadwal dan target yang telah ditetapkan.
Di bidang migas, khususnya hulu, ada lah menggerakkan aktivitas eks – plorasi dan produksi untuk meningkatkan cadangan terbukti dan tentu saja pada akhirnya menaikkan produksi minya dan gas itu sendiri, termasuk bagaimana secara konkret menyelesaikan revisi UU Migas.
Di bidang minerba, ada permasalahan mendasar kepastian iklim investasi dan implementasi kebijakan hilirisasi dan renegosiasi kontrak. Di dalamnya meliputi bagaimana secara konkret memberikan keputusan soal kelanjutan atau terminasi kontrak, merealisasikan pembangunan smelter, mencapai kesepakatan soal royalti, divestasi dan poin terkait renegosiasi lainnya, dan tentu saja bagaimana secara riil (akan) melaksanakan revisi UU Minerba itu sendiri.
Dalam hal energi baru dan terbarukan, tantangan secara nyata meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan sebagai bagian dari langkah untuk mencapai target 25% di dalam bauran energi nasional.
Kebijakan dan langkah konkret apa yang akan diambil untuk mempercepat penggunaan biofuel dan merealisasikan pembangunan pembangkit listrik panas bumi ataupun yang berbasis energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, air, angin, biogas secara berkelanjutan. Pemahaman atas isu permasalahan yang ada tentu (semestinya) tidak menjadi masalah besar bagi Menteri ESDM baru.
Informasi yang lebih detail tentang segala hal yang berkaitan dengan aspek teknis permasalahan itu juga dapat dengan mudah didapatkan dari seluruh jajaran yang ada di Kementerian ESDM. Di level yang sangat mendasar ini, saya sama sekali tidak ragu bahwa Arcandra Tahar, meskipun hampir sepanjang periode karirnya selama 20 tahun sebelum ini dihabiskan di AS, akan segera tune in dengan pekerjaan barunya dan isu permasalahan di dalamnya itu.
Dalam konteks ini, tantangannya, jika pun itu ada, adalah hanya pada bagaimana Menteri Acandra Tahar mengorkestrasikan dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada di dalam kementeriannya, dengan segala dinamika birokrasinya yang ada, untuk mendukung pelaksanaan tugasnya di dalam menangani dan menyelesaikan permasalahan teknis yang ada.
Jika tahap a�?orkestrasia�? ini terlewati dengan baik, kita dapat berharap akan muncul gebrakan dan langkah terobosan yang sesungguhnya memang sangat diperlukan untuk membuat sektor ESDM ini menjadi lebih baik. Sebagai anggota masyarakat biasa yang telah cukup lama menunggu gebrakan konkret di sektor ESDM, saya berharap banyak tahapan ini tidak menjadi handicap bagi Dr. Acandra Tahar.
Dalam pandangan saya, hal yang akan menjadi ujian dan tantangan terbesar dan berpotensi menjadi batu sandung an utama bagi Menteri ESDM baru di dalam melaksanakan tugasnya mungkin justru masalah ekonomi-politik.
Sektor ESDM, dan dengan sendirinya kementerian yang menaunginya, suka tidak suka merupakan salah satu lokus utama di negeri ini yang secara jelas dapat memberikan ilustrasi bagaiama antara kekuasaan (politik) dan kesejahteraan (ekonomi) keduanya saling terkait.
Terkait melalui apa? Yaitu melalui penguasaan atas akses di dalam pendayagunaan dan pengusahaan resources energi dan sumber daya mineral yang ada di dalamnya.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, tantangan yang mungkin justru paling sulit menurut saya adalah bagaimana Menteri ESDM baru mampu menempatkan diri, merespons dan mengatasi persoalan yang terkait kepentingankepentingan para pihak yang memiliki kekuatan dan pengaruh terhadap aspek ekonomi (baca: bisnis) di sektor ESDM dalam pengertian yang negatif.
Hanya dengan menyebut beberapa dinamika terkait sektor ESDM yang cukup mengemuka satu-dua tahun terakhir ini saja seperti mafia migas, a�?papa minta sahama�?, atau sebelumnya seperti kasus korupsi yang melibatkan Jero Wacik dan Rudi Rubiandini, saya rasa publik awam pun dapat dengan mudah melihat bahwa setor ESDM memang rawan di dalam hal yang berkaitan dengan aspek ekonomi-politik ini.
Orang pintar dan baik pun belum tentu dapat a�?lulusa�� dari ujian ini. Lulus dalam pengertian yang baik, yaitu tidak hanya mampu bertahan dan sekadar menyiasatinya, tetapi juga mampu benar-benar menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dan membawa kemajuan dan perbaikan nyata bagi sektor ESDM. Oleh karenanya, memang menjadi menarik untuk menantikan kiprah Menteri ESDM baru, Dr. Arcandra Tahar. Selamat bekerja, Pak Menteri !