(koran-sindo.com: Rabu 27 April 2016)
JAKARTA Kegiatan eksplorasi di sektor hulu minyak dan gas bumi di dalam negeri semakin tidak bergairah menyusul jatuhnya harga minyak dunia. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, sudah 11 wilayah kerja migas dikembalikan kontraktor kepada pemerintah.
Harga minyak yang rendah menyebabkan penerimaan sebagian besar kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) berkurang, sehingga mereka kekurangan dana untuk eksplorasi, ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja di Jakarta, kemarin. Kendati menyesalkan pengembalian wilayah kerja migas oleh KKKS, pemerintah tak dapat berbuat apa-apa.
Wiratmadja mengatakan, pengembalian kontrak wilayah kerja telah mencapai 15 wilayah atau 73% dari realisasi sepanjang tahun lalu. Dia mengungkapkan, pemerintah tengah menyiapkan langkahlangkah antisipasi, antara lain dengan memberi kemudahan bagi bisnis sektor hulu migas agar kembali bergairah. Sementara ini baru penghapusan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang dijalankan. Penghapusan pajak-pajak lain sedang disiapkan, misalnya pajak impor peralatan dan sebagainya, tuturnya.
Dia menegaskan, kemudahan- kemudahan bagi investor tersebut saat ini memang dibutuhkan agar kegiatan eksplorasi kembali bergairah, sebab sektor migas menjadi salah satu tulang punggung pendapatan negara. Direktur Hulu Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menambahkan, selain merosotnya harga minyak dunia, wilayah eksplorasi migas yang mengarah ke laut dalam di Indonesia bagian timur juga menjadi salah satu faktor banyaknya KKKS tidak melanjutkan kegiatan eksplorasinya. Kondisi geografis serta ketersediaan infrastruktur yang minim membuat biaya eksplorasi semakin mahal.
Dia mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan sekali pengeboran sumur di laut dalam mencapai USD100 juta atau sekitar Rp1,3 triliun (dengan kurs Rp13.000 per dolar AS). Pakar energi dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan, lesunya kegiatan eksplorasi sulit dihindarkan di saat jatuhnya harga minyak dunia seperti dalam beberapa waktu terakhir ini.
Belanja investasi untuk eksplorasi dan produksi pun turun seiring makin rendahnya harga minyak dunia. Pemerintah, lanjut dia, sebaiknya memang mengimbangi kondisi tersebut dengan memaksimalkan tugas sebagai fasilitator dan katalisator bagi industri yang bergerak di sektor hulu migas.
Misalnya, melakukan percepatan keputusan atas pelaksanaan proyek eksplorasi atau pengembangan lapangan migas. Hal lainnya, melakukan penyederhanaan izin dan birokrasi.