Tuesday, January 14, 2025
HomeReforminer di Media2014Manfaatkan Penurunan Harga

Manfaatkan Penurunan Harga

KOMPAS: Selasa, 2 Desember 2014

JAKARTA – Asumsi Harga Minyak 80-85 Dollar AS Per Barrel Pemerintah sebaiknya mengambil momentum penurunan harga minyak mentah dunia dengan menerapkan pemberian subsidi tetap untuk bahan bakar minyak bersubsidi. Subsidi tetap yang akan dimulai pada 2015 dapat memberi ruang fiskal anggaran yang lebih besar.

Pemerintah juga perlu mengkaji ulang harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto, di Jakarta, Senin (1/12).

Menurut Pri Agung, seandainya subsidi tetap diberikan sebanyak Rp 1.000 per liter, anggaran untuk BBM bersubsidi, dengan asumsi kuota BBM bersubsidi 2015 adalah 46 juta kiloliter, adalah Rp 46 triliun.

“Jumlah itu (Rp 46 triliun) jauh lebih kecil dari anggaran subsidi 2014sekitar Rp 300 triliun. Hanya saja, perlu digarisbawahi, penetapan anggaran untuk BBM bersubsidi tidak dikunci mati pada angka Rp 46 triliun. Perlu disiapkan anggaran cadangan untuk subsidi jika harga minyak mentah melonjak jauh di atas asumsi APBN,” kata Pri Agung.

Ia mengilustrasikan,jika harga keekonomian Rp 9.000 per liter, cukup membeli seharga Rp 8.000 per liter dengan asumsi subsidi tetap Rp 1.000 per liter. Namun, seandainya harga keekonomian melonjak menjadi Rp 10.000 per liter, subsidi bisa ditambah lewat anggaran cadangan agar lonjakan harga tidak dibebankan kepada rakyat.

Menurut Pri Agung, dengan harga minyak mentah saat ini yang jatuh kurang dari 80 dollar AS per barrel, harga keekonomiannya kurang dari Rp 8.500 per liter atau seperti harga jual BBM bersubsidi saat ini di masyarakat. Ia menghitung, dengan kurs rupiah terhadap Dollar AS Rp 12.000 dan harga minyak mentah 80 Dollar AS per barrel, subsidi menjadi nol rupiah saat harga BBM bersubsidi Rp 8.500 per liter.

“Subsidi nol rupiah bisa terwujud dengan catatan, kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga minyak mentah stabil atau tidak ada perubahan. Memang perlu dikaji ulang soal penetapan harga BBM bersubsidi dengan memperhatikan tren penurunan harga minyak mentah dan posisi rupiah terhadap dollar AS, ujar PriAgung.

Pri Agung menggarisbawahi, saat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dari Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, harga rata-rata minyak mentah terhitung sejak Januari sampai Oktober 2014 adalah 103 Dollar AS per barrel dan rata-rata kurs rupiah terhadap Dollar AS pada periode yang sama Rp 12.300.

“Menaikkan harga BBM bersubsidi saat itu hanya untuk mengurangi beban fiskal APBN 2014 yang asumsi penentuan harga minyak mentah 105 Dollar AS per barrel dan kurs rupiah terhadap Dollar AS Rp 10.500 pada APBN-P 2014,” kata Pri Agung.

Kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi, lanjut Pri Agung, akan memberi ruang cukup lebar bagi fiskal APBN 2015. Namun, kenaikan harga itu juga membantu mengurangi beban anggaran bersubsidi 2014. “Kenaikan harga itu tetap tidak mampu mencegah pembengkakan anggaran untuk BBM bersubsidi. Subsidi BBM berpotensi tetap membengkak Rp 15 triliun sampai akhir tahun ini,” ucap Pri Agung.

Masih Disubsidi

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Someng mengatakan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa waktu lalu, pemerintah masih memberikan subsidi. Untuk premium, subsidi yang diberikan Rp 1.898 per liter dan untuk solar Rp 3.216 per liter. “Subsidi itu untuk periode November dengan asumsi harga minyak mentah rata-rata 92 Dollar AS per barrel,” katanya.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin mengatakan, harga BBM bersubsidi memang perlu dievaluasi. Namun, proses itu tidak bisa dilakukan Kementerian ESDM, tetapi dilakukan Kementerian Keuangan.

Dengan kecenderungan penurunan harga minyak dunia, lanjut Naryanto, pemerintah berniat mengusulkan. asumsi harga minyak untuk APBN 2015 sebesar 80-85 dollar AS per barrel. Namun, usulan itu bisa berubah jika tiba-tiba terjadi lonjakan harga minyak dunia. “Soal usulan asumsi harga minyak mentah belum kami sampaikan ke DPR. Sebab, tidak mungkin harga minyak akan terus merosot Suatu saat pasti akan naik lagi,” katanya. (APO)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments