JAKARTA – Pemerintah dinilai tidak rasional dan membelenggu dirinya sendiri dengan menetapkan untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada tahun 2012.
“Siapa yang bisa menjamin harga minyak 2012 tdk tinggi? Apalgi dengan potensi ketegangan geopolitik Iran-AS yg terjadi saat ini,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Ekonomi Pertambangan dan Energi (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto, Kamis (5/1/2012), di Jakarta.
“Menaikkan harga BBM subsidi secara terbatas, katakanlah Rp 1.000 per liter, jauh lebih realistis dan masuk akal. Undang Undang APBN 2012 mesti diubah untuk bisa mengakomodir pilihan kebijakan ini,” kata dia menambahkan.
“Di dalam kebijakan pembatasan BBM, dengan melarang semua kendraan pribadi untuk tidak mengonsumsi premium dan harus menggunakan pertamax, sebenarnya juga ada unsur menaikkan harga, bahkan lebih dari 100 persen,” ujarnya menegaskan.
Jika pembatasan jadi diterapkan 1 April, masyarakat pengguna premium tidak akan punya pilihan lain selain beralih ke pertamax dan sejenisnya yang harganya di atas Rp 8.000 per liter. “Jangan bicara gas (BBG) seolah-olah itu bisa jadi pilihan bagi masyarakat yang belum mampu membeli pertamax dan sejenisnya. Karena BBG tidak akan siap secara memadai pada April 2012 dan bahkan dalam 2-3 tahun ke depan sekalipun,” kata Pri Agung.
Apa yang tengah dilakukan pemerintah dalam hal BBG saat ini baru sebatas proyek yang tidak bisa terlalu diharapkan keberlanjutannya. Di negara mana pun, mengonsumsi BBG utk tranportasi adalah hanya sebuah pilihan, yang tidak bisa dipaksakan kepada masyarakat.