Menurut dia, pemerintah tidak bisa memaksakan pelaksanaan program konversi BBM ke BBG ke semua kendaraan. Di negara manapun, tidak ada paksaan memakai BBG. “Memakai BBG adalah alternatif,” ujarnya.
Ia mengatakan, program konversi BBM ke BBG transportasi tidaklah sama dengan minyak tanah ke elpiji yang bisa menggantikan hampir 100 persen. Menurutnya, dalam jangka pendek, program konversi BBM ke BBG transportasi tidak bisa mengurangi volume BBM subsidi secara signifikan.
Selama ini, pemerintah melaksanakan program konversi BBM ke BBG tersebut masih parsial dan belum berskala nasional. “Sasarannya hanya 200-300 kendaraan per kota. Artinya, volume BBM yang akan terkonversi ke BBG jika proyek berhasil dan berkelanjutan pun tidak akan lebih dari 0,01 juta kiloliter per tahun atau kurang dari 0,03 persen volume BBM subsidi nasional,” katanya.
Menurut dia, jika mencakup 100 ribu kendaraan terkonversi ke BBG baru akan memberikan dampak pengurangan subsidi yang cukup signifikan yakni 8,7 juta kiloliter per tahun atau 21 persen volume BBM subsidi nasional.
Pemerintah akan memulai program pembatasan pemakaian premium bersubsidi bagi kendaraan pribadi mulai 1 April 2012. Kendaraan pribadi diarahkan memakai premium nonsubsidi.
Sembari program pembatasan berjalan, pemerintah juga menawarkan pemakaian bahan bakar gas secara bertahap bagi kendaraan pribadi dan umum. Program tersebut bertujuan agar konsumsi BBM pada 2012 sesuai kuota APBN sebesar 37,5 juta kiloliter.