Friday, December 6, 2024
HomeReforminer di Media2011Pri Agung: Saatnya Naikkan Harga BBM

Pri Agung: Saatnya Naikkan Harga BBM

Investor Daily, 4 mei 2011

JAKARTA- Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto menilai, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar menyusul kecenderungan masih tingginya harga minyak dunia.

“Tidak ada pilihan lain, pemerintah mesti menaikkan harga BBM bersubsidi,” kata Direktur ReforMiner Institute itu di Jakarta, Rabu (4/5).

Menurut dia, pemerintah dan DPR mesti segera membahas opsi kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut.

Sesuai UU APBN 2011, pemerintah dibolehkan menaikkan harga BBM subsidi apabila harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) 10% lebih tinggi dari asumsi US$80 per barel.

Laporan Tim Harga Minyak Kementerian ESDM menyebutkan, realisasi harga ICP selama periode Januari-April 2011 rata-rata mencapai US$109,2 per barel atau 36,5% di atas asumsi APBN 2011 sebesar US$80 per barel.

Pada Januari 2011, ICP tercatat masih US$97,09 per barel, Februari naik US$103,31 dolar, Maret 113,07 dan April bertengger di US$123,36 per barel.

Tim Harga menyebutkan kenaikan harga minyak terutama akibat ketegangan politik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, khususnya Libya, sehingga menimbulkan kekhawatiran pasar atas stabilitas pasokan minyak.

Harga minyak dunia di pasar WTI (Nymex) pada April 2011 tercatat 110,04 dolar AS per barel, Brent (ICE) 123,09 dolar, Tapis (Platts) 130,29 dolar, dan Basket OPEC 117,90 dolar. Tingginya harga minyak, lanjut Pri, menyebabkan disparitas harga antara BBM subsidi dan nonsubsidi makin membesar, sehingga kenaikan harga merupakan opsi yang paling realistis.

Selain disparitas harga, faktor inflasi sekarang ini juga memungkinkan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi.

Badan Pusat Statistik mencatat pada April 2011 terjadi deflasi sebesar 0,31 persen dan Maret deflasi 0,32 persen.

Dengan demikian laju inflasi tahun kalender Januari-April tercatat mencapai 0,39 persen. Dari sisi konsumsi BBM subsidi, menurut dia, juga cenderung naik, sehingga meningkatkan beban subsidi.

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi mencatat, konsumsi BBM subsidi Januari-April 2011 mencapai 12,993 juta kiloliter atau naik 5,28 persen dibandingkan periode sama 2010 yang 12,339 juta kiloliter.

Konsumsi premium subsidi Januari-April 2011 tercatat 7,882 juta kiloliter atau naik 6,98 persen dibanding 2010 sebanyak 7,368 juta kiloliter.

Sementara, konsumsi solar bersubsidi naik 8,85 persen dari 4,116 juta menjadi 4,479 juta kiloliter dan minyak tanah turun 26,2 persen dari 855 ribu menjadi 631 ribu kiloliter.

Pri Agung menyarankan agar harga premium dinaikkan menjadi Rp5.500-Rp6.000 per liter atau naik Rp1.000-Rp1.500 per liter dibanding saat ini Rp4.500 per liter.

“Harga premium subsidi naik Rp1.000-Rp1.500 per liter akan menghemat anggaran subsidi Rp30 triliun setahun,” katanya.

Kenaikan harga premium tersebut juga akan memperkecil disparitas dengan pertamax.

PT Pertamina (Persero) menetapkan harga BBM nonsubsidi jenis pertamax per 1 Mei 2011 sebesar Rp9.050 per liter. Dengan demikian, selisih harga pertamax dan premium menjadi Rp4.550 atau naik lebih dari 100 persen dibanding harga premium Rp4.500 per liter.

“Kalau premium dinaikkan, maka diharapkan konsumsi pertamax tetap terjaga dan tidak ada peralihan ke premium,” kata Pri.(ant/hrb)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments